Monday, May 13, 2013

PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP ALIRAN NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI

A. Perspektif Islam Terhadap Aliran Nativisme
Fitrah yang disebut dalam Q.S al-Rum (30):30; Q.S al-Adalah’raf (7):172, mengandung implikasi kependidikan bahwa di dalam diri manusia terdapat potensi dasar beragama yang benar dan lurus (al-din al-qayyim) yaitu agama Islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapapun atau lingkungan apapun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi manusia.
Berdasar interprestasi demikian, maka pendidikan Islam “bisa dikondisikan” berfaham nativisme, yaitu suatu faham yang menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidupnya secara mutlak ditentukan oleh potensi dasarnya.
Aliran ini merupakan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh pendidikan dan perkembangan anak. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer, dalam artinya yang terbatas juga dapat kita masukkan dalam golongan ini Plato, Descartes, Lombroso dan pengikut-pengikutnya yang lain. Para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka kemungkinannya adalah besar bahwa anaknya juga akan menjadi ahli musik; kalau ayahnya seorang pelukis, maka anaknya juga akan menjadi pelukis, kalau ayahnya seorang ahli fisika, maka anaknya ternyata juga menjadi ahli fisika, dan sebagainya. Pokoknya keistimewaan – keistimewaannya dimiliki orang tua juga dimilki oleh anaknya.
Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan, Schopenhauer (filsuf Jerman (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditentukan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme, dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak memilki pembawaan baik maka dia akan menjadi orang baik. Pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
Sebuah sabda Nabi SAW yang dapat dijadikan sumber pandangan nativisme seperti tersebut, di atas adalah sebagai berikut:
“Setiap orang dilahirkan oleh ibunya atas dasar fitrah (potensi dasar untuk beragama), maka setelah itu orang tuanya mendidik menjadi beragama Yahudi, dan Nasrani, dan Majusi; jika orang tua keduanya beraga Islam, maka anaknya menjadi muslim (pula)”. (H.R. Muslim dalam kitab Shahih, Juz. II, p. 459).

Pengertian yang bersumber dari dalil di atas diperkuat oleh Syech Muhammad Abduh dalam Tafsirnya yang berpendapat bahwa agama Islam adalah agama fitrah. Pendapat Muhammad abduh ini serupa dengan pendapat Abu Adalah’la Al-Maududi yang menyatakan bahwa agama Islam adalah identik dengan watak tabi’y manusia (human nature). Demikian pula pendapat Syyid Qutb yang menyatakan bahwa Islam diturunkan Allah untuk mengembangkan watak asli manusia (human nature), karena Islam adalah agama fitrah.agama Islam sebagai agama fitrah disamakan oleh Ibnu Qayyim dengan kecenderungan asli anak bayi yang secara instinktif (naluriah) menerima tetek ibunya. Manusia menerima agama Islam bukan karena paksaan, melainkan karena adanya kecenderungan asli itu yaitu fitrah Islamiah.

B. Perspektif Islam Terhadap Aliran Empirisme
Dalil-dalil yang dapat diinterpretasikan untuk mengartikan “fitrah” yang mengandung kecenderungan yang netral ialah antara lain sebagai berikut:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui sesuatu apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati”. (An-Nahl 78).
Firman Allah di ats menjadi petunjuk bahwa kita harus melakukan usaha pendidikan, sebab dengan potensi pendengaran, penglihatan, dan hati, manusia bisa dididik.
Dengan Surat Al-‘Alaq, 3 – 4 dinyatakan oleh Allah sebagai berikut:
“Bacalah, dan Tuhan-Mu yang Maha Mulia yang mengajar kamu dengan kalam (pena); dia mengajar manusia dengan sesuatu yang tidak ia ketahui”.
Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan juga membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah.
Fitrah sebagai faktor pembawa sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar dirinya, bahkan ia tak akan dapat berkembangan sama sekali bila tanpa adanya pengaruh dari lingkungan itu. Sedang lingkungan itu sendiri juga dapat diubah bila tidak favorable (tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan cita-cita manusia).
Dari interpretasi tentang fitrah di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun fitrah itu dapat dipengruhi oleh lingkungan, namun kondisi fitrah tersebut tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar. Potensi yang terkandung di dalamnya secara dinamis mengadakan reaksi atau responsi (jawaban) terhadap pengaruh tersebut.
Jika kita mempercayai paham John Lock sebagai dalil bahwa jiwa anak sejak lahir berada dalam keadaan suci bersih bagaikan meja lilin (tabula rasa) yang secara pasif menerima pengaruh dari lingkungan eksternal, berarti kita tidak menghargai banih-benih potensial manusia yang dapat dikembang-tumbuhkan melalui pengaruh pendidikan. Sikap demikian akan membawa pikiran kita ke arah paham Empirisme dalam pendidikan yaitu paham yang memandang bahwa pengaruh lingkungan eksternal termasuk pendidikan merupakan satu-satunya pembentuk dan penentu perkembangan hidup manusia.
Telah dibuktikan oleh para ahli psikologi dan pendidikan yang berpaham Behaviorisme bahwa perkembangan manusia tidaklan secara mutlak ditentukan oleh pengaruh lingkungan eksternal, sehingga seolah-olah ia menjadi budaknya lingkungan. Mereka membuktikan bahwa meskipun seseorang yang hidup dalam lingkungan yang sama dengan orang lain, dan masing-masing akan memberikan respon yang sama terhadap stimulus (rangsangan) yang sama namun dengan cara yang berbeda.

C. Perspektif Islam Terhadap Aliran Empirisme
Konsepsi Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa setiap manusia diberi kecenderungan nafsu untuk menjadikannya kafir yang ingkar terhadap Tuhan-Nya, adalah firman Allah dalam surat Asy-Syams, ayat 7 – 10.
Firman tersebut dapat dijadikan sumber pandangan bahwa usaha mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan positif untuk mengarahkan perkembangannya kepada jalan kebenaran yaitu Islam. Dengan tanpa melalui usaha pendidikan, manusia akan terjerumus ke jalan yang salah atau sesat yaitu menjadi kafir. Firman Allah berikut ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih antara dua jalan, yang benar atau yang sesat. Jalan yang benar terbentang jelas dan jalan sesat juga terbentang jelas.

“Dan Aku tunjukkan dua macam jalan (jalan yang benar dan jalan yang sesat”. (Al-Balad, 10).

 “Sesunguhnya Aku telah menunjukkannya jalan itu; (tapi) ada kalanya ia mensyukurinya (mengikuti jalan itu) dan ada kalanya ia mengkufurinya (mengingkarinya)”. (Al-Insan, 3).

Ayat tersebut di atas kita dapat menginterpretasikan bahwa dalam fitrah-Nya, manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dari yang salah. Kemampuan memilih tersebut, mendapatkan pengarahan dalam proses kependidikan yang mempengaruhinya.
Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yang terdapat di dalam fitrah (human nature) manusia berpusat pada kemampuan berfikir sehat (berakal sehat), karena akal sehat mampu membedakan hal-hal yang benar dari yang salah. Sedangkan seseorang yang menjatuhkan pilihan yang benar secara tepat hanyalah orang yang berpendidikan sehat. Dengan demikian berfikir benar dan sehat adalah merupakan kemampuan fitrah yang dapat kembangkan melalui pendidikan dan latihan.
Sejalan dengan interpretasi tersebut maka kita dapat mengatakan bahwa pengaruh faktor lingkungan yang disengaja yaitu pendidikan dan latihan berproses secara interaktif dengan kemampuan fitrah manusia. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam berproses secara konvergensis, yang dapat membawa kepada paham konvergensi dalam pendidikan Islam.
Perintis aliran ini adalah William Stern (1887 - 1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama memilki peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada dari anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut:
a. Pembawaan.
b. Lingkungan.
c. Hasil pendidikan / perkembangan.
Karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com