INTERAKSI
EDUKATIF
A. Prinsip-Prinsip Interaksi Edukatif
Pendidikan
dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sdar tujuan dengan sistematis dan
terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pestalozi
mengatakan bahwa makna dan tujuan pendidikan itu adalah hilfe zur
selbsthilfe, astinya adalah pertolongan untuk pertolongan diri.
Interaksi
edukatif dalam pelaksanaanya tidak sepi dari masalah, ketika teori itu sudah
dianggap sempurna atau sesuai teori, namun dalam pelaksanaanya ternyata banyak
menemui kendala diantaranya ketika seorang pendidik dalam proses mengajarnya
telah sesuai dengan teori dan stratergi pembelajarannya namun murid belum mampu
memahami dari pelajaran yang telah diberikan.
Maka untuk
membantu guru dalam membuat paham palajaran terhadap anak didik, ada beberapa
prinsip untuk menuju anak didik yang kreatif dan aktif. Didalam penerapan
prinsip-prinsip ini harus mempertimbangkan akibat kepada anak didik, apabila
prinsip ini tidak dikuasai dengan benar oleh pendidik maka tidak akan terjadi
pengajaran yang kondusif seperti yang telah direncanakan sejak awal.
Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Prinsip Motivasi
Motifasi
adalah membuat anak didik menjadi semangat untuk belajar, motifasi anak didik
yang satu dengan yang lain berbeda sehingga perlu ada variasi didalam
memberikan motifasi. Motifasi ekstrinsik yang bersumber dari luar perlu
diberikan oleh pendidik, salah satunya dengan diberikan hadiah, pujian dan
sebagainya, kemudian pendidik harus mampu mendorong rasa igin tahu, ingin
mencoba, mandiri, dan ingin maju dari dalam anak didik, sehingga anak didik
dapat tumbuh dan berkembang dan berhasil.
2. Prinsip Berangkat dari Persepsi yang
Dimiliki
Setiap anak didik mempunyai latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang
berbeda, maka dengan latar belakang itu seorang pendidik harus memperhatikan
bahan apersepsi dari yang dibawa setiap anak didik dari lingkungan kehidupan
mereka, apabila latar belakang itu dapat dikaitkan dengan penjelasan guru, maka
akan memudahkan anak didik dalam menerima pelajaran, memahami pengalaman, dan
dapat memusatkan perhatian anak didik.
3. Prinsip Mengarah Kepada Titik Pusat
Perhatian Tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk pola akan dapat mengaitkan
bagian yang terpisah dalm suatu pelajaran, pola dapat membantu anak didik dalam
memusatkan suatu masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang
hendak dijawab dan merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4. Prinsip Keterpaduan
Penjelasan yang dikaitkan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan
yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya, dalam menjelaskan pokok
bahasan moral dalam mata pelajaran pendidikan Pancasila, guru menghubungkannnya
dengan masalah akhlak dalam mata pelajaran akidah akhlak. Katerpaduan dalam
pembahasan dan peninjauan ini akamn memnbantu dalam memadukan perolehan belajar
dalam kegiatan interaksi edukatif.
5. Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Interaksi edukatif dalam kegiatannya perlu menciptakan masalah untuk
dipecahkan anak didik dikelas sebagai proses pembelajaran, ini dikaitkan dengan
indikator kemampuan anak didik terhadap pelajarannya, sehingga anak didik mampu
menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya.
6. Prinsip Mencari, menemukan, dan
Mengembangkan Sendiri
Anak didik sebagai individu yang mempunyai potensi mencari dan
mengembangkan dirinya. Anak didik harus diberi ruang yang secukupnya oleh guru
agar dapat mencari, menemukan, dam mengembangkan imfomasi yang ada.
7. Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Prinsip yang dikembangkan dalam konsep belajar secara realistis, atau
belajar sambil bekerja (learning by doing). Belajar sambil melakukan
aktifitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik lebih tahan lama
tersimpan didalam benak anak didik.
Sebuah teori tidak akan mampu tersimpan dengan lama apabila tidak disertai
denagn praktek, praktek akan lebih mudah diingat dalam otak karena suatu
pekerjaan itu sudah pernah dilakukan.
8. Prinsip Hubungan Sosial
Arti dalam hubungan sosial ini adalah saling bekerja sama dalam proses
belajar, yaitu belajar dalam model kelompok. Belajar bersama merupakan salah
satu cara untuk menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru,
anak didik yang bersemangat apabila belajar sendiri akan lebih bersemangat
apabila dilibatkan dalam kerja kelompok. Tugas akan lebih mudah dikerjakan,
apabila dikerjakan dengan berkelompok.
9. Prinsip Perbedaan Individual
Dalam proses pembelajara, guru dihadapkan dengan segala perbedaan yang
berasal dari setiap individu, maka seorang pendidik harus mampu memahami setiap
perbedaan-perbedaan yang muncul dari anak didik. Keberhasilan akan dicapai
dengan sukses apabila pendidik mampu memahami anak didiknya tersebut.
B. Tahap-Tahap Interaksi Edukatif
R.D. Conners, mengidentifikasikn
tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga tahap. Tahap-tahap
tersebut adalah tahap sebelum pangajaaran (pre-active), tahap pengajaran
(inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).
Dengan tahap-tahap itu maka guru
dapat mengikuti uraian sebagai berikut:
a. Tahap Sebelum Pengajaran
Tahap ini adalah penyusunan program oleh seorang guru, seperti pelaksanaan
kurikulum, program tahunan, dan perencanaan program pembelajaran. Adapun aspek yang
berkaitan dengan perencanaan program di atas yaitu:
1. Bekal bawaan anak didik.
2. Perumusan tujuan pembelajaran.
3. Pemilihan metode.
4. pemilihan pengalaman-pengalaman dalam
belajar.
5. Pemilihan bahan dan peralatan belajar.
6. Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik
anak didik.
7. Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia.
8. mempertimbangkan pola pengelompokan.
9. mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar.
b. Tahap Pengajaran
Antara guru dan anak didik disini akan berinteraksi begitu juga anak didik
dengan sesamanya. Dan dengan kelompok. Ini adalah tahap pelaksanaan dari
aspek-aspek yang telah direncanakan, diantaranya dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Pengelolaan dan pengendalian kelas.
2. Penyampaian informasi.
3. Penggunaan tingkah laku verbal dan
nonverbal.
4. Merangsang tanggapan balik dari anakl
didik.
5. Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
seperti yang telah dijelaskan di atas.
6. Meneliti kesulitan-kesulitan dalam
belajar.
7. Mempertimbangkan perbedaan individual.
8. Mengevaluasi kegiatan dari proses
interaksi edukatif.
c. Tahap Setelah Pelajaran
Pada tahap ini dilaksanakan setelah proses tatap muka antara guru dan anak
didik, diantaranya adalah:
1. Menilai pekerjan anak didik.
2. Menilai dari individu seorang guru.
3. Membuat perencanaan untuk pertemuan
berikutnya.
C. BSA dalam Interaksi Edukatif
Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau student active learning bukan
dislipin ilmu atau teori, melainkan merupakn cara, teknik atau dengan kata lain
disebut tegnologi. Menurut teori pengajaran CBSA adalah konsekuensi logis dari
pengajaran yang seharusnya terjadi, yaitu tuntutan logis dari hakikat belajar
dan hakikat mengajar.
Konsepnya adalah suatu proses
kegiatan interaksi edukatif yang subyeknya adalah anak didik yang terlibat
secara intelektual dan emusional, sehingga anak didik bisa berpartisipasi dalam
melakukan proses kegiatan belajar. Dilihat dari subyek anak didik, CBSA sebagai
proses kegiatan yang dilakukan oleh anak didik dalam rangka belajar, sedangkan
dari guru adalah bagian dari strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal
dari subyek anak didik.
1. Penerapan CBSA dalam Interaksi Edukatif
Kegiatan belajar mengajar harus bisa membuat anak didik menjadi anak yang
aktif, ini didukung dengan perencanaan yang telah dibuat, kegiatan belajar
dikelas oleh anak didik harus bisa menjadi proses pembelajaran yang aktif
dengan beberapa prinsip yang dilakukan oleh seorang guru dalam upaya
mengaktifkan pembelajaran, dalam upayanya yaitu mewujudkan stimulus belajar,
perhatian, motivasi, penguatan, dan umpan balik serta pemakaian dan pemindahan.
2. Indikator CBSA
Ini dilihat dari lima komponen yaitu aktivitas belajar anak didik,
aktivitas guru, program belajar anak didik, situasi belajar dan sarana
belajar.uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Belajar Anak Didik
Meliputi penerapan konsep, aktif dalam pemacahan masalah, partisipasi dalam
tugas, berpendapat, penggunaan sarana belajar dan beruipaya menilai hasil belajar yang dicapai serta ada
pertanyn/meminta tanggapan dari seorang guru.
b. Aktivitas Guru mengajar
Guru memberikan konsep-konsep yang telah direncanakan, pemberian
tugas/masalah, membantu dalam belajar, memberi motifasi, melaksanakan metode,
pelaksanaan penilaian dan terakhir penjelasan tentang tercapainya tujuan
belajar.
c.Program Belajar
Disajikan dalam bentuk uraian dan dipecahkan oleh anak didik, mengandung
fakta, mengembangkan kemampuan, ada media dan alat bantu, urutan secara
sistematis dan dapat melayani sesuai perbedaan antara anak didik.
d. Suasana Belajar
Bersifat bebas untuk melakukan interaksi, terjalin hubungan sosial antara
guru dan murid dan menarik bagi anak didik.
e.Sarana Belajar
Dalam berbagai pelajaran ada alat yang tersedia, pengaturan ruang yang
sesuai dan guru bukan satu-satunya sumber belajar melainkan sebagai pembimbing
bagi anak didik.
3. Indikator keberhasilan Belajar
Ada beberapa indikator untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan belajar anak
didik, yaitu sebagai berikut:
a.Penguasaan bahan pelajaran dan penguasaan
teknik atau cara mempelajari suatu bahan pelajaran.
b. Waktu yang diperlukan dalam penguasaan
bahan pelajaran
c.Teknik yang digunakan dan yang telah
dikuasai
d. Timbulnya motifasi dan ketrampilan dalam
memecahkan masalah
e.Kesediaan anak didik untuk menerima
pandangan orang lain dan memberi gagasan atau komentar terhadap pendapat orang lain.
D. Pola Pelaksanaan Ketrampilan Proses dan
CBSA
1. Pelaksanaan Ketrampilan Proses
Pendekatan dalam proses interaksi edukatif, dengan tujuan meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai
rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai. Yang
dimaksud dengan rangkaian disini adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
a. Tujuan dan Lingkup Kegiatan
Bertujuan
pengembangan kreativitas dengan lingkup kegiatan bertolak pada fisik dan mental
yang sesuai dengan pribadi anak didik.
b. Asas Pelaksanaan Kegiatan
Dalam
pelaksanaanya diantaranya harus sesuai dengan tujuan kurikulum, mempunyai
pemikiran bahwa kemampuan ada dalam setiap anak didik serta pemberian
motivaasi, dorongan dan ada pembinaan terhadap kemampuan anak didik untuk
mengolah hasil temuannya.
c. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan
Dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya; mengamati, pengklasifikasian,
penafsiran, prediksi atau gambaran, penerapan, merencanakan penelitian, dan
komunikasi.
d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Ketrampilan
Proses
1) Pendahuluan, yaitu mempersiapkan mental
anak didik untuk menerima bahan pelajaran baru.
2) Pelaksanaan, berisi penjelasan materi,
perumusan hasil pengamatan, penafsiran hasil diskusi kelompok, dan
menginformasikan kepada oraang lain, misaaala dengan ceramah atau mengarang.
3) Penutup, yaitu pengkajian ulang kegiatan
yang telah dilakukan, ada tes akhir atau ada tugas yang lain.
2. Pelaksanaan Cara belajar siswa Aktif
a. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan CBSA
Tujuannya
adalah membentuk siswa yang aktif dalam belajar dengan pengembangan kemampuan
pribadi anak didik, dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Pembelajaran materi atau konsep belajar.
2. Merasakan dan mengalami kegunaan dan
mengembangkan rasa ingin tahu.
3. Belajar dalam kelompok, belajar sendiri,
dan mencoba menemukan kejadian dari gagasan baru.
4. mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam
menghasilkan penemuan baru.
b. Asas pelaksanaan kegiatan CBSA
Yaitu motivasi, kesiapan dalam belajar,
jalinan sosial, belajar dan berbuat, anak didik dapat menumbuhkan potensinya
dan kecerdasan memecahkan masalah.
c. Bentuk Pelaksanaan kegiatan CBSA
Selalu
berusaha melibatkan anak didik sebanyak mengkin dalm proses interaksi edukatif
dalam bentuk perorangan atau kelompok.
d. Langkah-Langkah CBSA
1) Pendahuluan, membicarakan pelajaran yang
telah lalu dengan tugasnya, pengajuan pertanyaan, menunjuk gambar atau model
yang berkaitan dengan bahan yang baru akan diajarkan.
2) Kegiatan, yaitu penyampaian pelajaran
disertai dengan pengajuan pertanyaan oleh anak didik, tanggapan atas pertanyaan dan guru sebagai
penengah dan pembimbing.
3) Evaluasi dengan tes akhir secara lisan
atau tertulis
4) Penutup, dengan tugas kokurikuler sesuai
dengan program yang telah ada.
E. Keberhasilan Interaksi Edukatif
a. Pengertian, apabila sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan sejak awal pertemuan.
b. Indikator, meliputi daya serap terhadap
pelajaran.
c. Penilaian Keberhasilan, yaitu berupa tes
Formatif ( perbaikan proses interaksi edukatif suatu bahan), tes Subsumatif
(diperhitungkan dalam rapor), tes Sumatif (mengukur daya serap pada satu
periode).
d. Tingkat keberhasilan:
1. Istimewa : seluruh bahan pelajaran dapat
dikuasai.
2. Baik sekali: sebagian besar pelajaran
dikuasai.
3. Baik: hanya rata-rata yang dapat dikuasai.
4. Kurang : apabila pelajaran yang dikuasai
kurang.
e. Program perbaikan
1. Apabila 75% anak didik yang mengikuti
proses interaksi berhasil dengan maksimal maka dapat melanjutkan kepada tema
yang baru.
2. Apabila 75% anak didik yang mengikuti proses interaksi berhasil
kurang maksimal maka hendaknya dilakukan perbaikan (remidali).
Dalam proses keberhasilan, pengukuran harus
benar-benar valid dan lugas, perbaikan biasanya mengandung kegiatan :
1. Mengulang pokok bahasan.
2. Mengulang sebagian pokok bahasan
3. Memecahkan masalah bersama-sama
4. Memberikan tugas khusus
0 comments:
Post a Comment