PRESTASI
BELAJAR
1.
Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri
dari dua kata yaitu “Prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan
“belajar” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian
prestasi belajar dibicarakan sebaiknya membahas masalah makna kata “prestasi”
dan “belajar”. Hal ini untuk memudahkan memahami lebih mendalam tentang
pengertian “prestasi belajar” itu sendiri.
Untuk itu penulis akan
kemukakan beberapa pendapat tentang prestasi sebagai berikut :
a.
Prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun kelompok.
b.
WJS
Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
c.
Menurut Mas’ud
Hasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja.
Sedangkan pengertian belajar
adalah sebagai berikut :
a.
Belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan
dari bahan yang telah dipelajari.
b.
Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
c.
Morgan
mengemukakan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.
d.
Witherington
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu perintah.
2.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Telah diuraikan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Dengan demikian hakikat
belajar adalah perubahan dan tidaknya belajar itu adalah hasil yang telah
dicapai. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor dari dalam diri individu ataupun dari luar individu.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan
dibagi menjadi dua golongan :
a.
Faktor yang ada
pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut dengan faktor individual, dan
b.
Faktor yang ada
diluar individu yang kita sebut faktor sosial yang termasuk kedalam faktor
individuial antara lain : faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan.
Motovasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain
faktor keluaraga/ keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya. Alat-alat
yang dipergunakan dalam belajar menagajar, lingkungan, kesempatan yang tersedia
dan motivasi sosial.
Sedangkan Sumadi Suryabrata membagi faktor yang mempengaruhi
belajar sebagai berikut :
a.
Faktor-faktor
yang berasal dari luar diri pelajar digolongkan menjadi dua golongan :
1)
Faktor-faktor
non sosial yaitu meliputi situasi, kondisi, sarana dan fasilitas belajar yang
semuanya itu dapat membantu proses belajar secara maksimal dan memenuhi
syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis psikologis dan paedagogis.
2)
Faktor- faktor
sosial yaitu faktor manusia, baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya
dapat disimpulkan (tidak langsung hadir).
b.
Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri pelajar, digolongkan menjadi dua, yaitu :
1)
Faktor-faktor
fisiolgis, dibedakan menjadi dua macam :
(a)
Tonus Jasmani
pada umumnya, diantaranya : segar, lelah, sehat, sakit dan sebagaianya.
(b)
Keadaan
fungsi-fungsi fisiologis, yaitu panca indera.
2)
Faktor-faktor
psikologis, diantaranaya : sifat ingin tahu, keinginan rasa aman, bebas,
kecintaan, dihargai dan sebagainya.
a.
Faktor
Lingkungan
Selama hidup anak didik tidak bisa
menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial. Interaksi dari
kedua lingkungan ini selalu terjadi karena keduanya mempunyai pengaruh yang
cukup signifikan terhadap belajar anak
didik.
1)
Lingkungan
Alami
Lingkungan alam adalah lingkungan
tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha didalamnya. Lingkungan yang
sejuk, nyaman dan aman tentunya membuat anak betah tinggal berlama-lama
didalamnya.
2)
Lingkungan
Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung
hidup bersama satu sama lainnya. Anak didik sebagai anggota masyarakat tidak
bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat
perilaku anak didik untuk tunduk pada norma sosial susila dan hukum yang
berlaku dimasyarakat. Demikian juga halnya disekolah. Dengan demikian,
lingkungan sosial budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam menunjang
keberhasilan belajar.
b.
Faktor
Instrumental
Dalam rangka melicinkan kearah tercapaianya
tujuan belajar diperlukan seperangkat perlengkapan dalam berbagai bentuk dan
jenis.
1)
Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning
yang merupakan unsur subtansial dalam pendidikan, karena tanpa kurikulum
kegiatan belajar tidak dapat tergantung. Guru harus mempelajari dan menjabarkan
isi kurikulum kedalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya, sehingga
dapat diketahui dan diukur dengan pasti hasil belajar yang telah
dilaksanakan.
2)
Program
Setiap sekolah mempunyai program dan
disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial dan
sarana prasarana. Sehingga program pendidikan antara satu sekolah dengan
sekolah lain berbeda yang berakibat pada perbedaan kualitas.
3)
Sarana dan
Failitas
Sarana dan fasilitas mempunyai arti
penting dalam pendidikan, sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai sarana dan
fasilitas lengkap tentunya akan lebih berkualitas dibandingkan sebuah lembaga
pendidikan yang kurang sarana serta fasilitasnya. Karena sarana dan fasilitas
ini akan banyak membantu guru dalam menunaikan tugasnya dan mencapai tujuan
pendidikan.
4)
Guru
Guru
merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di
dalamnya. Sebagai tenaga profesional yang sangat berperan dalam menentukan
jatuh bangunnya suatu bangsa dan negara, guru seharusnya menyadari akan
tugasnya dan bukan sekedar menerima gaji. Dan persoalan guru tidak hanya
bersentuhan dengan masalah luar dirinya tetapi juga masalah berkaitan dengan
diri pribadinya.
c.
Faktor
Fisiologis
1)
Kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang
seperti kelelahan, mengantuk, segar dan sebagainya.
2)
Kondisi panca
indera sangat penting dalam belajar terutama mata dan telinga, karena sebagian
besar yang dipelajari manusia berlangsung dengan membaca, melihat atau
mendengar.
d.
Faktor
Psikologis
1)
Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh dan
minat yang tinggi, sebaiknya minat yang kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah.
2)
Kecerdasan
Kecerdasan mempunyai peranan besar
dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari suatu program
pendidikan dan pengajaran. Seseorang yang memiliki intelegensi tinggi umumnya
mudah belajar dan hasilnya cenderung baik, sebaiknya orang intelegensinya
rendah, cenderung mengalami kesulitan belajar, lambat berpikir sehingga
prestasi belajarnya rendah.
3)
Bakat
Selain kecerdasan, bakat mempunyai
pengaruh yang besar terhadap proses dan hasil belajar. Karena bakat merupakan
kemampuan bawaan yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Keberhasilan
belajar akan maksimal bila sesuai dengan bidangnya dan bakat ini tidak dapat
berdiri sendiri untuk mencapai keberhasilan melainkan dipengaruhi oleh faktor
lain yang mendukung.
4)
Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan ada tidaknya motivasi
untuk berprestasi anak didik agar dapat berfungsi secara optimal dan berakibat
pada tingkat keberhasilan belajar.
5)
Kemampuan
Kognitif
Ada tiga kemampuan yang harus
dikuasi sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif yaitu
persepsi, mengingat dan berpikir.
Persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Mengingat adalah
suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal
dari masa lampau.
3.
Teori-Teori
Tentang Belajar
Ada berbagai teori belajar yang telah tercipta
sebagai hasil kerja keras dari penelitian para ahli psikologi pendidikan. Namun
perlu disadari bahwa setiap teori belajar selalu tersimpan kelemahan dibalik
kelebihannya. Bagi pemakai teori-teori belajar diharapkan memahami kelemahan
dan kelebihannya.
Untuk mengetahui teori-teori belajar yang
dikemukakan para ahli psikologi, akan dikemukakan dalam pembahasan berikut :
a.
Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Teori ini mengemukakan bahwa jiwa manusia
mempunyai daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia dan manusia hanya
memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya. Daya-daya itu misalnya daya
mengenal, daya mengingat, daya berfikir dan sebagainya.
Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu
pengetahuan yang bersifat hafalan-hafalan belaka dan penguasaannya biasanya
jauh dari pengertian. Oleh karena itu, para ahli ilmu jiwa daya menyatakan
bahwa bila ingin berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada didalam
diri.
b.
Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah teori yang menentang
teori ilmu jiwa daya teori ini memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya,
berulang-ulang dan sejelas-jelasnya.jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai
sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan-kesan kedalam otak dan
menjadikan orang pandai.
c.
Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih
penting dari bagian-bagian, sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh
keseluruhan. Hal yang terpenting menurut teori ini adalah penyesuaian pertama,
yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Adapun prinsip-prinsip
teori gestalt adalah :
1)
Belajar berdasarkan keseluruhan
2)
Belajar adalah suatu proses perkembangan
3)
Anak didik sebagai organisme keseluruhan
4)
Terjadi transfer
5)
Belajar adalah reorganisme keseluruhan
6)
Belajar harus dengan instight
7)
Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan
minat, keinginan dan tujuan.
d.
Teori
Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori ini disebut juga sarbond. Sarbond
Singkatan dari Stimulus (rangsangan), Respons (tanggapan) dan Bond
(dihubungkan). Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian
keduanya dihubungkan.
Teori asosiasi ini berprinsip bahwa keseluruhan
itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori
yang sangat terkenal, yaitu teori Konektionisme dan teori Conditioning.
a)
Teori Konektionisme
Menurut teori belajar adalah asosiasi antara
kesan panca indra dengan implus untuk bertindak. Asosiasi dinamakan korektion
sama maknanya dengan bertindak. Asosiasi dinamakan korektion dan respons,
antara aksi dan reaksi dan antara keduanya terjadi suatu hubungan yang erat
bila sering dilatih.
Proses belajar menurut teori ini melalui proses
trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan) dan law of effect, yaitu
segala tingkah laku yang berakibat suatu keadaan yang memuskan akan diingat dan
dipelajari dengan sebaik-baiknya.
b)
Teori Conditioning
(1)
Teori Classical Conditioning (Pavlov dan
Watson)
Menurut teori ini belajar adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Dan
untuk menjadikan seseoang itu belajar haruslah memberikan syarat-syarat
tertentu dan adanya latihan-latihan yang kontinu.
(2)
Teori contidioning (Guthrie)
Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia
itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku
yang terdiri dari unit-unit yang merupakan respon dari stimulus sebelumnya dan
unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit
tingkah laku berikutnya. Sehingga pada proses conditioning ini pada umumnya
terjadi proses asosiasi antara unit satu sama lain yang berurutan dan
berkali-kali/berulang-ulang yang memperkuat asosiasi antar unit tingkah laku.
(3)
Teori Systematic Behavior (Hull)
Chark C.Hull mengemukakan bahwa suatu kebutuhan
atau keadaan terdorong oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi harus ada
dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas
dasar pengurangan kebutuhan itu.
Dan dua hal yang penting dalam proses belajar
ialah adanya motivasi intensif dan pengurangan stimulus pendorong.
4.
Prestasi
Belajar Sebagai Hasil Penilaian
Prestasi belajar adalah
hasil pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktifitas belajar,
dengan demikian prestasi belajar tidak bisa diketahui sebelum dilakukan
penilaian atas hasil aktifitas belajar.
Penilaian merupakan
aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya ketercapaian tujuan belajar bila
membahas masalah penilaian maka tidak lepas dari masalah evaluasi, sebab
evaluasi merupakan tindakan untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam
pendidikan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai
siswa setelah mempelajari suatu pelajaran.
Dalam hal ini guru harus
tepat dalam penyusunan evaluasi agar mendapatkan hasil penilaian yang jelas dan
akurat dan dari penilaian tersebut dapat dilihat prestasi belajar yang dicapai
siswa, dengan kata lain prestasi belajar siswa dapat dari nilai-nilai yang
diperoleh siswa setelah melaksanakan evaluasi.
0 comments:
Post a Comment